Minggu, 02 April 2017

Fi'il Lazim, Muta'addi, Shahih, dan Mut'al

BAB1
PENDAHULUAN
1.    LATAR BELAKANG
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan hadis. Umat islam tidak dapat menggali, memahami dan mempelajari ajaran agama Islam yang terdapat pada al-Quran dan hadis tanpa memiliki kemampuan menggali, memahami dan menguasai bahasa Arab dengan baik. Dalam upaya mengembangkan wawasan berbahasa Arab, amat diperlukan adanya sebuah kajian kebahasaan. Kemampuan menguasai bahasa Arab merupakan kunci dan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap orang yang hendak mengkaji ajaran Islam secara luas dan mendalam.
Ilmu sharaf adalah salah satu dari beberapa ilmu yang digunakan dalam mempelajari  bahasa arab,  dalam  ilmu  sharaf terdapat  banyak  pembagian  bab, salah
satunya  الأفعال اللازمة و المتعدية واسماء الجامدة و المشتقة dan kami mencoba menguraikan sedikit apa saja yang terkandung di dalamnya.

II.     RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimanakah penjelasan tentang  الأَفْعَالُ اللاَزِمَةُ وَالمُتَعَدِيَة ?
B.     Bagaimanakah penjelasan tentang  الأَفْعَاَلُ الصَحِيْحُ وَ المُتَل ?

III. TUJUAN
·                Agar mahasiswa dapat memahami perbedaan macam-macam f’il lazim, muta’adi, shahih dan mut’al
·                Agar mahasiswa dapat membaca tulisan b.arab yang tidak menggunakan syakal dan mengerti makna arti yang di maksudkan dalam kitab-kitab.
·                Agar mahasiwa dapat menguasai berbagai kitab-kitab kuning dan mampu membacanya dengan benar




BAB II
PEMBAHASAN
A.   الأفعال اللازمة و المتعدية
Fi’il dibagi menjadi dua yaitu: Fi’il Lazim dan Fi’il Mutaadi.
a.               الأفعال اللازم
Fi’il Lazim adalah fiil yang tidak membutuhkan objek atau maf’ul bih.
b.  Ciri-ciri dari fi’il lazim:               
1.      Fi’il yang menunjukan arti bentuk, seperti lafadz ; طَالَ (panjang) قَصُرَ (pendek). Contoh: طَالَ السبورةُ (papan tulis panjang)
2.      Fi’il yang menunjukan arti bersih, seperti lafadz; طَهُرَ (suci) نَظُفَ (bersih).
Contoh: نَظُفَ الفصلُ,(kelas bersih) طهُرَ الطِفلُ  (bayi suci).
3.      Fi’il yang menunjukan arti kotor, seperti lafadz; وَسِخَ (kotor) دَنَسَ (kotor).
Contoh: وسِخَ المكَانُ (tempat kotor).
4.     Fi’il yang menunjukan arti warna, seperti lafadz; اَحْمَرُ (merah) اَسْوَدُ (hitam).
Contoh :  اَسْوَدَ الَيْلُ(malam telah menghitam) اَحْمَرَ زَهْرَةٌ (bunga telah memerah)
C. Contoh fi’il lazim
قَامَ زَيْد  ( Zaid sudah berdiri )
حَضَرَ عُمَر ( umar sudah datang )
جَلَسَ الرَجُل ( laki-laki sudah duduk )




b.    الأفعال المُتِعَدِّية
Kata المتعدّية bersal dari kata  تعدّي jika dilihat dari segi Lugowiyah adalah melampaui batas.[5]
Dan jika ditinjau dari segi Istilahiyah menurut Muhammad Bakr Isma’il adalah:
الفِعْلُ المُتَعَدِي: هُوَ الَّذِي لَايَكْتَفِي بِفَاعِلِهِ, بَلْ يَحْتَاجُ إِلَي مَفْعُوْلِ بِهِ أَوْ أَكْثَرَ.[6]
Fi’il mutaadi adalah fi’il yang tidak cukup dengan fa’ilnya, tetapi butuh maf’ul bih atau lebih. Atau Fi’il muta’adi ialah fi’il yang sampai kepada maf’ulnya tanpa huruf jer.[7] Dalam redaksi lain dikatakan bahwa fi’il muta’adi adalah fi’il yang memiliki maf’ul bih. Contoh lafadz ضَرَبَ زَيْدٌ عَمْرًا.

Pembagian fi’il muta'addi:
1.    Fiil yang mempunyai satu maf’ul bih, seperti : أَكَلَ، فَتَحَ، زَرَعَ، رَكَبَ
Contoh : زَرَعَ الفلاَحُ القَصَبَ dan   فَتَحَ عَلِيٌّ البَاب
2.    Fiil yang mempunyai dua maf’ul bih, terbagi dalam 2 macam:
a.    Kedua maf’ulnya bukan berasal dari mubtada’ dan khobar , seperti : أَعْطَى (memberi), سَأَلَ (bertanya), كَسَا (memberi). [8]
Contoh :  أعْطَيْتُ السَائِلَ  الخُبْزَ
b.    Kedua maf’ulnya berasal dari mubtada’ dan khobar, terdiri dari 3 fi’il, yaitu:
1)    افعال الظنّ, seperti:     ظنّ، خَالَ، حَسِبَ،جَعَلَ، زَعَمَ (بمعنى ظنّ)
Contoh: ظَنَنْتُ زيدًا مُنْطَلِقًا
2)    افعال اليقين, seperti: رَأَى، عَلِمَ، وَجَدَ، أَلْفَى، تَعَلّمَ (بمعنى أَعْلَمَ )
Contoh: وجدتُ زينبَ ذاهبةً
3)    افعال التحويل, seperti: صَيَّرَ، حَوَّلَ، رَدَّ، اِتَّخَذَ
Contoh:  صيَّرْتُ الْعَدُوَّ صديقًا[9]
c.    Fi’il yang mempunyai tiga maf’ul bih, yang mana maf’ul kedua dan ketiganya berasal dari mubtada’ dan khobar yang terdiri dari tujuh fi’il, yaitu : أَعْلَمَ، أَرَى، أَنْبَأَ، حَدَّثَ، نَبَّأَ، خَبَّرَ، أَخْبَرَ   [10]
Contoh: أَعْلَمْتُ عليًّا الخبرَصحيحًا                                                 

C.      Cara Merubah Fi’il Lazim Menjadi Fi’il Muta’addi
1.    Dengan menambahkan hamzah (أ) di depan kata sehingga membentuk pola أَفْعَل , seperti :
خَرَجَ  : keluar ;menjadi    أَخْرَجَ : mengeluarkan.
حَسُنَ  : benar ; menjadi  أَحْسَنَ : membenarkan
Contoh:اَخْرَخَ احمدُ القلمَ   (Ahmad mengeluarkan pensil)
أَحْسَنَ عَائِشَةُ الاِجَابَةَ  (Aisah membenarkan jawaban)
2.    Dengan mentasdidkan ‘ain fi’ilnya menjadi فَعَّلَ, seperti :
خَرَجَ  : keluar ;menjadi   خَرَّجَ : mengeluarkan.
حَسُنَ  : benar ;menjadi حَسَّنَ  : membenarkan.[11]
Contoh:  خَرَّجْتُ الكِتَابَ(saya mengeluarkan kitab)
 حَسَّنْتَ الكِتَابَةَ (kamu membenarkan tulisan)
3.    Dengan menambahkan huruf jer pada objeknya,[12]
Contoh:   جِئْتُ بِحَسَنٍ  (saya keluar bersama Hasan)


B. Fiil Shohih Dan Fiil Mu’tal
a. Fi’il Shohih
Fiil shohih adalah fiil yang terbebas dari huruf illat dalam huruf penyusunya.Adapun huruf illat terdiri dari tiga huruf yaitu alif ,wawu,dan ya. Fi’il shahih terbagi menjadi 3 yaitu :
Fi’il Salim, Fi’il Mahmuj dan Fi’il Mudho’af.
a.                   Fi’il  Salim
Fi’il Salim adalah fi’il yang terbebas dari huruf illat, Hamzah dan Tadh’if atau tasydid.
Contohnya كَتَب(menulis) , (mengetahui)حَسَنَ, عَلَم ( baik ) [90]
b.                  Fi’il Mahmuz
Fi’il Mahmuz adalah fi’il shohih yang mengandung huruf hamzah baik di awal أَكَل (makan) di tengah seperti سَأَلَ  ( bertanya ) dan di akhir seperti قَرَأَ  (membaca). [90][2]

Fi’il Mahmuz terbagi menjadi 3 yaitu :
-                      Mahmuz FA yaitu Fi’il Mahmuz yang fa fi’ilnya merupakan huruf illat.
Contohnya أَخَذَ – يَأْحذ – خُذْ  [80][3]
-                      Mahmuz ‘Ain yaitu Fi’il Mahmuz yang ‘Ain fi’ilnya merupakan illat.
Contohnya سَأَلَ – يَسْأَلُ – اِسْأَل
-                      Mahmuz Lam yaitu Mahmuz yang lam fi’ilnya merupakan huruf illat.
Contohnya مَلَأَ – يَمْلَأُ – اِمْلَأ

Adapun Hamzah terdiri dari 4 tempat :
-                      Diatas Alif, ketika berada setelah fathah.
Contohnya أَخَذَ – سَأَلَ – قَرَأ
-                      Diatas Nibrah, ketika berada setelah Kasrah.
Contohnyaَ سُىْلَ – يَىءِس
-                      Diatas Wawu
Contohnya يَقْرَؤُؤْنَ [4]
-                      Setelah Alif Ziadah atau tambahan.
Contohnyaُ الدُعَاءُ - الْأِنْشَاء
c.                   Fi’il Mudhoaf
Fi’il Mudhoaf fi’il shahih yang pada asalnya memiliki 3 huruf sempurna, tetapikarena ada dua huruf yang sama berdampingan, maka dua huruf tersebut jadi satu menjadi di tasydidkan. [73-76]
Contohnya
(مُدْدَ) مَدَّ (مَدَدَ)– يَمُدُّ(يَمْدُدُ) – مُدّ[5]
فَرَّ (فَرَرَ) – يَفِرُّ (يَفْرِرُ) – فِرَّ (فِرْرَ)
              
b. Fi’il Mut’al
Fi’il Mut’al adalah kebalikan dari fi’il shahih, yang mengandung satu atau dua hurup illat dalam penyusunannya.
Fi’il Mut’al terbagi menjadi 4 yaitu :
a.                   Fi’il Mitsal
Fi’il Mitsal adalah Fi’il Mu’tal yang huruf Fa Fi’ilnya merupakan huruf illat.[77]
Fi’il Mitsal terbagi menjadi dua :
-                      Fi’il Mitsal Wawu, yang huruf illatnya berbentuk Wawu.
وَضَعَ – يَضَعُ – ضَع
وَعَدَ – يَعِد – عِد
وَثِقَ – يَثِقُ – ثِق
-                      Fi’il Mitsal Yaa, yang huruf illatnya berbentuk Yaa [79]
Contohnya يَسَرَ – يَيْسَرُ – اِيْسَر
يَمُنَ – يَيْمُنَ – اُوْمُن
           
b.                  Fi’il Azwaf
Fi;il Azwaf adalah fi’il mu’tal yang ‘ain fi’ilnya huruf illa[81][6][7]
Fi’i’ Azwaf terdiri dari dua, yaitu :
-                      Fi’il Azwaf Wawu, Fi’il yang huruf illatnya adalah huruf wawu.[83][8]
Contohnya قَالَ  ( telah berkata ), yang huruf aslinya قَوْل. Huruf illat wawu akan terlihat dalam bentuk fi’il mudhari يَقُوْلُ (يَقُوْلُ)
-                      Fi’il Azwaf Yaa, Fi’il yang huruf illatnya adalah huruf Yaa.
Contohnya سَارَ (سِيْر) , huruf illat Yaa akan terlihat dalam bentuk fi’il mudhari يَسِيْرُ (يَسِيْر)
c.                   Fi’il Naqis adalah Fi’il yang huruf illatnya berada di akhir kata atau lam fi’il
Fi’il Naqis terbagi menjadi tiga [90][9]
-                      Fi’il Naqis Yaa contohnyaَ خَشِيَ – يَخْشَى –إِخْش
-                      Fi’il Naqis Wawu contohnyaُ سَرُوَ – يَشْرُوْ – أُسْر
d.                  Fi’il Lafif
Fiil lafif adalah fiil yang harus memiliki dua huruf illat. [98][10]
huruf illat terbagi menjadi dua:
-                      Fi’il lafif maqrun, yaitu fi’il yang ain dan lam fiilnya huruf illat.
Contohnya    رَوَى – يَرْوِيْ – اِرْوِ
-                      Fi’il Lafif Mafruq adalah fi’il yang Faa dan Lam Fi’ilnya huruf illat.
Contohnya وَقَى- يَقِى - ق



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Fi’il lazim adalah isim yang cukup dengan fa’ilnya dan tidak butuh maf’ul bih, fi’il mutaadi adalah fi’il yang tidak cukup dengan fa’ilnya tetapi butuh maf’ul bih atau lebih. Terdapat tiga cara merubah fi’il lazim menjadi muta’adi, yakni dengan ziyadah hamzah, tadl’if, dan huruf  jer.
Fiil shohih adalah fiil yang terbebas dari huruf illat dalam huruf penyusunya.Adapun huruf illat terdiri dari tiga huruf yaitu alif ,wawu,dan ya. Fi’il shahih terbagi menjadi 3 yaitu :
Fi’il Salim, Fi’il Mahmuj dan Fi’il Mudho’af.
Fi’il Mut’al adalah kebalikan dari fi’il shahih, yang mengandung satu atau dua hurup illat dalam penyusunannya.
Demikialah makalah yang kami susun, kurang lebihnya kami minta maaf, kami merasa bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka kami pemakalah berharap kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat, agar mewujudkan makalah yang lebih baik dan sempurna. Besar harapan kami semoga makalah yang singkat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri.


B.       SARAN
Pembelajaran fi’il ladzim, fi’il muta’adi, fi’il shohih dan fi’il muta’al harus kita pelajari untuk lebih memahami makna-makna yang tersirat dalam kitabullah ( Al-Qur’an ). Karena, bahasa arab memiliki kata yang sesuai kaidah aslinya dan tidak sesuai dengan aslinya, maka dari itu penting sekali mempelajari ilmu tersebut. Sebagai mana kita ketahui bahwa satu harakat saja salah membaca Al-Qur’an mempengaruhi makna itu sendiri.



DAFTAR PUSTAKA
Al Hamalawi, Ahmad. Syadz Al Arf fi Fann Al Sharfi. Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1991.

Al-Ghalainy, Musthofa. Jami’ Al Durus Al ‘Arabiyyah jilid 1. Beirut: Maktabatul ‘Ashriyah, 1984.

Amin, Musthofa. Nahwu Wadlih Fi Qawa’id Al Lughah Al ‘Arabiyah jilid 3, Ponorogo: Gontor Press, 2009.

Bahaud bin Abdullah ibnu Aqil, Alfiyyah syarah Ibnu ‘Aqil, terjm. Bahrun Abu Bakar. Bandung: Sinar baru Algesindo, 2009.

Yumna rasyid.2014.alilmu shorfil awwal.jakarta.muhammad kamal

Sukamto, Imaduddin. Tata Bahasa Arab Sistematis. Yogyakarta:  2000.

[11][1] Adib Bisri dan Munawir A. Fatah, Kamus Al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), hlm. 658
[12][2] Muhammad Bakr Isma’il, Qawa’id Al sharfi bi ushlub Al Ashri, (Kairo: Dar Al Manar, 2000), hlm. 50
[13][3] Bahaud bin Abdullah ibnu Aqil, Alfiyyah syarah Ibnu ‘Aqil, terj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar baru Algesindo, 2009), hlm. 351
[14][4] Musthofa al-Ghalainy, Jami’ Al Durus Al ‘Arabiyyah jilid 1, (Beirut: Maktabatul ‘Ashriyah, 1984), hlm.



[1] [1][1] Adib Bisri dan Munawir A. Fatah, Kamus Al-Bisri, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1999), hlm. 658

[2] Abu Razin & Ummu Razin, Ilmu Sharaf Untuk Pemula (Maret. Cetakan II,2014),h.90

[3] Yumna Rasyid & Muhammad Kamal, Ilmu Sharaf  Awal (Jakarta: Beringin Mulia,2014)h.80
[4] Yumna Rasyid & Muhammad Kamal, Ilmu Sharaf  Awal (Jakarta: Beringin Mulia,2014)h.73-76
[5] Yumna Rasyid & Muhammad Kamal, Ilmu Sharaf  Awal (Jakarta: Beringin Mulia,2014)h.77-79

[7] Yumna Rasyid & Muhammad Kamal, Ilmu Sharaf  Awal (Jakarta: Beringin Mulia,2014)h.81
[8] Yumna Rasyid & Muhammad Kamal, Ilmu Sharaf  Awal (Jakarta: Beringin Mulia,2014)h.83
[9] Yumna Rasyid & Muhammad Kamal, Ilmu Sharaf  Awal (Jakarta: Beringin Mulia,2014)h.90
[10] Yumna Rasyid & Muhammad Kamal, Ilmu Sharaf  Awal (Jakarta: Beringin Mulia,2014)h.98




Tidak ada komentar:

Posting Komentar